BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Hey all !

First of all we'd like to thanks to our dormitory because give us some clubs to joined and we love this book club so much.

Then let us introduce our self. we are ELBOW ( The Eleven Young Book Wariors), we are from the second year of Soposurung Foundation dormitory 2009/2010.

In this blog we want to share our 'starting loving' book club activities, books review, our opinion about books, and so much more. but above all we are just the beginner so we ned your sugestion or youd critics cause we know no body are perfect and here we are "no body" :)

you are the
counter to blogger
visitors

Sabtu, 12 Juni 2010

MIMPI DAN IRISAN ROTI

10 Hari
Kembali kuketikkan namamu di kotak searchnya facebook, sebenarnya sih iseng aja, karena sudah berkali-kali kucoba, tapi selalu tidak ada hasil. Tiba-tiba, aku berteriak tertahan.
”Kamu ada di facebook?!”. Segera kukirim massage ke teman SMP kita dulu, Lona ‘”Hai Lon, aku senang banget, surprise ! Aku ketemu Dony di facebook”. “Wah... akhirnya..ntar, lagi kusearch dan akan ku-add! Yes...itu dia, bener!” Tulis Lona sahabat kita lewat chat-room.
Akhirnya kita bisa komunikasi lagi Don, setelah terputus selama 5 tahun, setelah 10 tahun sejak kita bertemu terakhir kali di Pekanbaru, dan 11 tahun setelah aku meninggalkanmu. Banyak sekali yang sudah terjadi Don, tetapi satu hal yang tidak pernah berubah, bahwa rasa sayang itu tetap ada, walaupun mencintaimu di dalam luka.
“Kamu benar Ita Mawarni?” katamu memastikan lewat telepon menanggapi sms yang kukirim menanyakan kabarmu.
“Iya” , sahutku disertai perasaan yang bercampur aduk, benar Don, rasa sayang itu masih ada, bahkan menggema semakin jelas lewat detak jantung dan nafasku yang sesak ketika mendengar suaramu yang khas, yang hingga sekarang masih terus terekam kuat di benakku.
“Aku tahu kamu sudah bertunangan dari Bang Iwan”, kataku dengan suara yang lemah dan terbata. Bukankah aku yang memutuskan meninggalkanmu karena perbedaan keyakinan itu?
“ Iya Ita, aku sudah bertunangan”, sahutmu dengan lambat. “Yah apa boleh buat, bukankah kamu yang meninggalkan aku?!” kini suaramu berubah keras dan tegas, menggambarkan beratnya beban dan kesakitan yang kamu alami karena perpisahan itu.
“Kamu benar (sayang, kutambahkan dalam hati, panggilan sayang kita dulu). Maafkan aku Don, maafkan aku”, kataku dengan suara yang lemah.
Aku benar-benar menyesal. Lalu kita bercerita tentang masa lalu yang sangat indah, masa SMP, dengan seragam putih biru, saat kita masih di bangku sekolah. Cinta kita bertumbuh subur dan tulus, rela mengorbankan segalanya demi cinta. Hingga akhirnya kita sadar bahwa keyakinan tidak bisa dikompromikan, ketika aku mulai mengenal iman sejatiku di bangku kuliah semester 3. Tapi sekarang aku tidak perduli! Aku sudah lelah menanti jawaban doa untuk seorang teman hidup yang sungguh-sungguh mencintaiku seperti kamu Don, seperti kamu!
Ini adalah malam ke-7 kita habiskan waktu berkomunikasi lewat telepon genggam.
“Udah sayang, aku sudah makan”, kataku dengan suara yang manja.
Aku benar-benar bahagia, rasanya kembali seperti dulu lagi, saat dimana kita begitu yakin bahwa kita telah ditakdirkan bersama. Aku mencoba menepis nama tunanganmu dari benakku. Aku ingin hanya aku yang ada di hatimu, bukan Rani. Tetapi hati nuraniku tidak bisa berdusta, aku merasa bersalah kepada Rani.

“Gimana dengan Rani, Don?”tanyaku.
“Dia sudah tahu, aku sudah menceritakan bahwa aku kembali berhubungan denganmu, sebagai teman lama, kan ga salah? Tapi aku sayang banget samamu, Ita! Andaikan kita bertemu sejak 2 minggu lalu, tentu aku tidak akan bertunangan dengan Rani. Tentu aku akan memilihmu. Tetapi sekarang aku tidak bisa meninggalkan dia, sebentar lagi kami akan menikah dan aku juga sayang sama dia, Ita”.
Aku terdiam sejenak, hatiku serasa tersayat mendengar pengakuanmu.
“Tetapi kita tidak mungkin backstreet, kan? Aku juga tidak ingin disebut pencuri tunangan orang”, kataku dengan hati yang gelisah.
Pembicaraan malam itu tetap berakhir dengan indah, kita hidup di dalam mimpi, atau lebih tepatnya kita melanjutkan mimpi kita yang dulu. Kita saling mencintai, dan tetap seperti itu.

Seperti biasa kamu meneleponku di jam 9 malam, dan aku sudah menunggumu.
“Halo, Ita” katamu dari seberang. Aku sedang membayangkan pembicaraan yang hangat dan menyenangkan ketika kamu melanjutkan,
”Aku bersama Rani, dia ingin bicara sama kamu, dia membaca sms-smsku yang pernah kukirim untukmu di draft Hp-ku”. Kucoba mencerna kata-katamu, sambil mengingat kembali sms-sms romantis dari kamu.
Tuhan, sepertinya semua akan berakhir, aku sadar telah salah, biarlah aku mengakuinya.
” Ya, Don, ga apa-apa, biarkan kami bicara”, sahutku dengan suara gemetar menahan kegalauan hati.
“Halo, selamat malam, dengan Ita Mawarni?.”
Sebuah suara yang cukup lunak dan lembut kudengar dari seberang telepon. Hatiku yang galau mulai tenang, lagipula hati nuraniku mengajariku untuk pasrah dan ingin meminta maaf.
“Ini Rani, Ita. Aku sudah baca sms-sms Dony yang dikirimnya untukmu. Aku mohon hentikanlah hubungan kalian, karena kami sudah bertunangan. Kalian adalah masa lalu dan kami akan menempuh masa depan dengan segala impian kami”.
Kamu benar Rani, kataku dalam hati, tetapi kenapa kamu diam saja Don? Di mana kata-kata indahmu kemarin malam, bahwa kamu ingin selalu bersamaku? Bahwa kamu masih mencintaiku? Kenapa kamu diam saja? Bicaralah Don, katakan padanya bahwa kamu mencintaiku. Kenapa kamu diam saja?
10 hari bersamamu, melambungkanku begitu tinggi, lalu kamu menghempaskanku ke dasar yang sangat dalam. Hancur berkeping-keping! Selamat ya Don, kamu berhasil membalaskan dendammu, membalaskan sakit setiap sel levermu yang rusak karena mabuk-mabukan, karenaku, membalaskan setiap malam-malam panjang penuh airmata yang pernah kamu alami karena berpisah dariku. Kini malam-malamku penuh airmata. Kamu telah menorehkan luka dan sulit tersembuhkan. Mengingatmu, menjadikanku sadar bahwa tidak ada cinta sejati seperti yang selama ini kuagung-agungkan. Yang kuceritakan dengan bangga kepada setiap orang yang mencari cinta sejati. Kamu adalah lambang kegagalan manusia untuk mencintai sampai mati.
Dengan langkah terseret aku menghampiri Bapaku, “ Aku merasa sangat hina, tidak berarti, tidak dicintai dan sendiri. Aku benci padanya Tuhan, mampukan aku mengampuninya. Tuhan, ampunilah aku, seharusnya aku mematuhi perintahMu. Sesungguhnya cinta sejati hanya ada di dalam-Mu, dan tidak berkesudahan kasih setia-Mu. Terimalah aku Bapa, kini aku kembali pada-MU, aku hancur, hiburkanlah aku dan tolonglah aku. Amin”.

Balige, 19 April 2010

0 komentar: